Sport climbing akan dipertandingkan secara resmi dalam Olimpiade dalam Olimpiade Tokyo dan Indonesia masih terus mengincar satu tempat di cabang olahraga ini.
Cabang olahraga ini menyediakan kuota 20 atlet putra dan 20 atlet putri, dan saat ini tinggal tersisa masing-masing satu tempat.
Indonesia memiliki prestasi yang mengesankan di kompetisi speed climbing, tapi di Olimpiade yang dipertandingkan adalah nomor kombinasi boulder, lead, dan speed sehingga untuk lolos seorang atlet harus bisa mendapatkan nilai yang baik di ketiga disiplin itu.
Wakil Ketua Umum I Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), Ferry Ardianto, mengatakan mereka masih terus berusaha untuk lolos ke Tokyo dan akan berpartisipasi dalam kualifikasi berikutnya, yaitu di IFSC – Climbing World Cup untuk disiplin boulder dan speed, di Wujiang, China, pada 30 April hingga 2 Mei mendatang.
“Untuk kualifikasi Olimpiade yang rencananya akan digelar di Tiongkok, tentunya akan kami kejar terus,” ujar Ferry, Selasa (19/1).
FPTI menjadi salah satu cabang olahraga yang mendapatkan dana bantuan sebesar 2.000 dolar AS dari ANOC terkait penundaan Olimpiade Tokyo. Dana tersebut didistribusikan Komite Olimpiade Indonesia pada akhir Desember lalu.
Indonesia mengandalkan Aries Susanti Rahayu dan Aspar Jaelolo, yang masuk peringkat dunia untuk disiplin speed, untuk kualifikasi Olimpiade. Namun, Ferry mengakui bahwa para atlet Indonesia masih memiliki kekurangan di disiplin boulder dan lead, karena itu lolos ke Tokyo menjadi target yang realistis untuk FPTI.
“Kalau berbicara peluang, untuk Olimpiade Tokyo 2020 ini kami rasa agak berat, karena yang dipertandingkan bukan nomor andalan kami. Kami justru merasa lebih optimis untuk Olimpiade Paris 2024 karena di situ akan dipertandingkan pertama kali nomor favorit kami yaitu Speed Climbing,” katanya.