Mental yang kuat adalah kemampuan yang harus dilatih oleh para atlet, menurut psikolog olahraga Yuanita Nasution dalam talk show Women in Sport, Jumat (10/12).
"Latihan mental harus menjadi bagian dari program latihan keseluruhan, bersama latihan fisik dan taktik. Bukan hanya saat ada masalah baru cari solusi. Ini bukan seperti obat. Kepercayaan diri dan konsentrasi harus dilatih," kata Yuanita.
Dia menambahkan bahwa atlet dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya di lapangan karena rasa percaya diri dan konsentrasi tinggi.
Anggota Komisi Women in Sport, Selly Selowati, yang juga mantan perenang nasional, mengatakan psikolog olahraga memegang peran penting dalam performa seorang atlet.
"Saat saya menjadi atlet, belum ada psikolog olahraga. Jadi biasanya kami bicara dengan pendamping jika ada masalah. Saat ini, kita harus mengaplikasikan sports science dan psikologi olahraga di seluruh cabor. Menurut saya, mental mencakup 80 persen dari kemampuan seorang atlet," kata Selly.
Beberapa cabang olahraga sudah menerapkan psikologi olahraga sejak lama. PBSI menggunakan jasa Prof. Singgih D. Gunarsa dan Prof. Saparinah Sadli untuk mendampingi tim Piala Thomas dan Uber pada tahun 1967. PSSI menggunakan jasa Dr. Jo A.A. Rumeser sebagai psikolog pada dekade 1980.
Setelah talk show, acara dilanjutkan dengan kelas online pilates bersama Shinta. Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari Perusahaan Gas Negara.