JAKARTA (1/8/2025) – Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari menekankan tidak akan mencampuri urusan internal cabang olahraga. NOC Indonesia fokus pada prestasi dan positioning Indonesia di panggung olahraga global.
Hal ini diungkapkan Okto, sapaan karib Raja Sapta Oktohari usai membaca berita terkait penggerudukan yang dilakukan di depan kantor NOC Indonesia pada Kamis (31/7). Saat ditanya tanggapannya, Okto hanya tertawa.
“Saya pribadi prihatin dan menyayangkan masih ada pelaku olahraga yang seharusnya sudah memiliki wawasan global justru masih terjebak dalam cara pandang yang sempit dan lokal. Pantas saja maslahnya tidak selesai-selesai. Seharusnya mereka belajar lagi,” tegas Okto.
“Bagaimana olahraga Indonesia mau maju jika kita masih sibuk sama diri sendiri. Diplomasi yang dilakukan NOC Indonesia saat ini untuk menunjukkan bahwa Indonesia bukan jago kandang. Kita juga melakukan positioning, supaya Indonesia di luar bukan hanya pengikut, tapi juga regulator,” jelasnya.
Lanjut Okto, kemajuan olahraga Indonesia akan terhambat jika kita terus-menerus disibukkan dengan perdebatan internal dan kepentingan masing-masing. Melalui diplomasi yang efektif, kita dapat membangun posisi strategis di kancah global.
"Fokus utama kami di NOC Indonesia adalah memastikan lagu Indonesia Raya berkumandang dan Merah Putih berkibar di panggung tertinggi dunia. Saat ini kami terus melakukan diplomasi olahraga untuk menjadikan Indonesia sebagai pelaku utama, bukan penonton. Energi kami tercurah untuk itu, bukan untuk terseret dalam drama internal yang kontraproduktif," ungkap Okto.
Okto menegaskan saat ini hanya ada satu organisasi cabang olahraga tenis meja di Indonesia yang menjadi anggota NOC Indonesia dan diakui oleh International Table Tennis Federation (ITTF) yaitu Indonesia Pingpong League (IPL) yang disahkan melalui Rapat Anggota Luar Biasa (RALB) pada 14 Juli 2025.
"Pikiran kami harus global. Keputusan yang kami ambil hari ini akan berdampak pada citra Indonesia di mata dunia. Kami tidak akan mengorbankan kepentingan nasional yang lebih besar hanya untuk memuaskan kelompok tertentu," tutup Okto.