Menghadiri pertemuan internasional dapat menjadi kesempatan untuk membuka jejaring yang lebih luas, dan itulah yang dilakukan delegasi Komite Olimpiade Indonesia pada 39th OCA General Assembly, yang berlangsung di Muscat, Oman, pada 16 Desember lalu.
Delegasi Indonesia beranggotakan Ketua Umum Raja Sapta Oktohari, Wakil Sekretaris Jenderal Wijaya M. Noeradi, dan Wakil Sekretaris Jenderal Daniely Loy.
Kedua kandidat tuan rumah ini sangat aktif melobi ketua umum dan perwakilan NOC yang hadir secara langsung di Muscat, dan Okto menjadi ketua umum NOC yang paling diperebutkan oleh kedua kandidat karena dianggap memiliki pengaruh besar di kawasan Asia Tenggara.
“Sejak kami datang, pihak Doha dan Riyadh mengundang kami untuk datang ke booth mereka, karena mereka ingin mendapatkan suara dari Indonesia dan juga negara-negara Asia Tenggara lain. Mereka melihat bahwa Indonesia memiliki pengaruh besar di kawasan Asia Tenggara,” kata Wijaya.
Persaingan ketat antara Doha dan Riyadh semakin intens beberapa pekan jelang berlangsungnya rapat OCA. Kedua pihak terus melakukan lobi intensif terhadap para pemilik suara. Doha 2030 Bidding Committee, yang dipimpin oleh langsung oleh ketuanya Sheikh Joaan Bin Hamad Al-Thani, bahkan melakukan kunjungan ke kantor KOI, pada akhir November, sementara Arab Saudi mengirimkan duta besarnya untuk melobi KOI.
Dari pertemuan dengan kedua kandidat, Okto tidak sekadar memastikan bahwa tidak akan ada pihak yang kalah dalam pemilihan, namun juga melakukan pembicaraan tentang kerja sama bilateral antar NOC, baik antara KOI dan Komite Olimpiade Qatar, maupun antar KOI dengan Komite Olimpiade Arab Saudi.
“Ada banyak hal yang kami bicarakan, baik dengan pihak Qatar maupun Arab Saudi. Tidak hanya tentang tuan rumah Asian Games 2030, tapi peningkatan kerja sama yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi olahraga Indonesia,” ujar Wijaya lagi.