Langkah Indonesia dalam pencalonan tuan rumah Olimpiade 2032 masih terus berlanjut setelah Komisi Tuan Rumah Olimpiade Masa Depan mengirimkan surat kepada Komite Olimpiade Indonesia yang meminta Indonesia untuk meneruskan proses dialog dengan Komite Olimpiade International (IOC).
Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia Raja Sapta Oktohari mengatakan dirinya gembira dengan surat dari Komisi Tuan Rumah Olimpiade Masa Depan karena berarti peluang Indonesia tetap terbuka.
“Kami menerima surat dari Komisi Tuan Rumah Olimpiade Masa Depan pada hari Rabu dan dalam surat itu, Ketua Komisi Kristin Kloster Aasen menyebutkan poin-poin peluang dan juga tantangan dari pemaparan yang telah NOC Indonesia lakukan pada 3 Februari lalu. Kami bersyukur karena Indonesia sudah memasuki tahapan continuous dialogue, atau dialog berkelanjutan, dengan komisi. Kami akan mempersiapkan semua hal terkait untuk meneruskan proses pencalonan Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade 2032,” kata Okto, Jumat (26/2).
Dalam suratnya, Aasen menekankan kekuatan dari proposal yang diajukan Indonesia, yaitu visi untuk menyelaraskan Olimpiade dengan tujuan untuk mengubah Jakarta sebagai salah satu kota yang paling layak huni dan berkelanjutan di dunia, potensi menyebarkan nilai-nilai Olimpiade untuk menginspirasi generasi muda dan mempromosikan keberagaman dan inklusi di antara 1.300 kelompok etnis, dukungan kuat dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi DKI Jakarta, serta konsep penyelenggaraan yang menggunakan fasilitas yang digunakan pada Asian Games dan Asian Para Games 2018.
Selain itu, Aasen juga memberi masukan di mana dialog masih perlu dilakukan, seperti pengembangan rencana utama untuk memastikan penyelarasan kebutuhan masyarakatn setempat dengan Agenda Olimpiade 2020, pengembangan strategi untuk menggelar kompetisi internasional untuk menambah pengalaman, pengetahuan, dan popularitas nomor Olimpiade di Indonesia.
Meski IOC sudah mengumumkan Brisbane untuk melanjutkan proses ke tahap dialog berkelanjutan, dalam pernyataannya Presiden IOC Thomas Bach mengatakan bahwa proses masih belum berakhir dan belum ada keputusan akhir. Brisbane masuk dalam proses dialog terarah karena mereka lebih awal mengajukan proposal kepada IOC.
Okto menganalogikan proses pencalonan tuan rumah Olimpiade dengan norma baru ini seperti lomba balap mobil, di mana Australia berada di depan dan Indonesia persis di belakangnya.
“Ini seperti lomba NASCAR 500 putaran dan lomba memasuki putaran kelima. Australia yang ada di tahap dialog terarah di posisi pertama, sementara Indonesia dengan tahap dialog berkelanjutan ada di belakangnya. Apapun bisa terjadi. Jika Australia gagal di tahap dialog terarah, mereka harus masuk pit lane, yang artinya kembali ke awal proses,” ujarnya.
Okto mengatakan lagi bahwa dengan semangat dan kerja sama semuah pihak di Indonesia dirinya sangat yakin bahwa Indonesia bisa menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 dengan semua variabel yang ada, seperti pertumbuhan ekonomi, jumlah populasi muda, dan terutama dengan sukses penyelenggaraan Asian Games serta Asian Para Games 2018.
“Semua ini membuat NOC Indonesia semakin bersemangat untuk merebut semua peluang untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 karena Indonesia harus jadi bangsa pemenang,” ucap Okto.