Berita Olimpiade Indonesia
Maria Kristin Berbicara Sulitnya Baca Peta Persaingan hingga Penampilan Tunggal Putri Indonesia di Olimpiade
 30 Jul 2021
Penulis : Tim NOC
"This Olympics is unpredictable": Maria Kristin Yulianti - Indonesia Olympic Commitee
Credit: Tim NOC

TOKYO (30/7/21) - Legenda bulu tangkis Maria Kristin Yulianti menilai peta persaingan di Olimpiade 2020 Tokyo sulit diprediksi. Sebab, minimnya tur akibat pandemi Covid-19 membuat para pemain tak bisa membaca kondisi performa satu dan lainnya.

Maria mengaku tak kaget apabila ada unggulan yang terhenti dini di Olimpiade. Sebut saja, unggulan satu ganda putra dari Indonesia Kevin Sanjaya Sukamuljo hingga andalan tuan rumah yakni Kento Momota yang mengakhiri perjalanan lebih cepat sebelum babak akhir.

“Secara keseluruhan, tinggal dilihat siapa yang siap pasti menang. Hanya saja, selalu ada kejutan di lapangan,” kata Maria, Jumat (30/07).

Peraih perunggu tunggal putri Olimpiade 2008 Beijing ini menjelaskan bahwa hal tersebut biasa terjadi. Apalagi, dunia saat ini tengah menghadapi Covid-19 dan sempat membuat tur dihentikan. Meski sempat berjalan lagi, tetapi turnamen digelar dalam keterbatasan penyelenggaraan.

“Meski sudah saling kenal kelebihan dan kelemahan masing-masing, tetapi tak mengetahui kondisi terbaru sesama pemain,” ujar Maria

Berbicara penampilan Gregoria, diakui Maria, pukulan dara 21 tahun ini cukup terarah dan bervariasi.  Gregoria terhenti di 16 besar usai kalah 12-21, 19-21 dari unggulan lima berpaspor Thailand Ratchanok Intanon.

“Pukulan Gregoria cukup menyulitkan lawan dan bisa jadi modal, tetapi Gregoria perlu meningkatkan fisik untuk permainan cepat dan serangan balik,” kata Maria. “Dulu waktu saya main, saya tekankan pada diri sendiri untuk selalu siap kuras tenaga, tak peduli siapa lawan.”

Sementara itu, Gregoria mengakui dirinya masih butuh meningkatkan permainan. Usai pertandingan di Musashino Forest Sport Plaza, Gregoria sempat menjelaskan kesulitannya mendapatkan tiket perempat final. Salah satunya karena terbawa irama permainan Intanon. Di samping itu, ia juga merasa belum bisa  mengatasi tekanan dan ekspektasi sehingga tak mampu mengembangkan permainan.

Atas hasil itu, Gregoria mulai susun rencana. Alih-alih mematok target di turnamen tertentu, ia cenderung memilih kembali menempa diri di sesi latihan. Ia ingin mematangkan teknik dan kemampuan dirinya.

“Saya ingin mengatasi kekurangan saya dan memperbaiki permainan. Saya ingin melihat hasil pelatihan dulu, jadi targetnya satu per satu dulu,” tandasnya.