Berita Komite Olimpiade Indonesia
Multi Event Olahraga Diyakini Mampu Tinggalkan Legacy
 02 Aug 2022
Penulis : NOC Team
Multi Event Sport Is Believed to Be Able to Leave a Legacy - Indonesia Olympic Commitee
Credit: Raja Sapta Oktohari Menerima Presiden APC Majid Rashed

Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) percaya penyelenggaraan multi-event olahraga internasional di Indonesia mampu meninggalkan legacy. Termasuk ajang 11th ASEAN Para Games 2022 Solo yang sedang berlangsung di Solo.

Hal tersebut disampaikan Ketua NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari yang menyaksikan langsung ASEAN Para Games Solo bersama Komite Eksekutif Rafiq Hakim Radinal dan Suryo Agung. Mereka juga bertemu dengan Ketua ASEAN Para Games Organizing Committee Gibran Rakabumi, Ketua Komite Paralimpiade (NPC) Indonesia Senny Marbun serta Ketua Komite Paralimpiade Asia (APC) Majid Rashed.

“Olahraga selalu meninggalkan legacy dan ini terjadi di penyelenggaraan multi-event di Indonesia, baik Asian Games, Asian Para Games, termasuk ASEAN Para Games Solo. Banyak legacy yang ditinggalkan dan kami bisa banyak belajar di sini, salah satunya terkait broadcasting karena ini pertama kali 14 pertandingan ditayangkan live di ASEAN Para Games,” ujar Okto saat bertemu dengan Gibran di International Broadcast Center (IBC).

Pembelajaran yang dimaksut, lanjut Okto, dapat diadopsi oleh NOC Indonesia. Khususnya dalam menyiapkan diri menjadi tuan rumah ANOC World Beach Games 2023 Bali. 

Ini akan menjadi multi-event olahraga pantai dan air paling prestisius yang diadakan di Indonesia yang diikuti 1.200 atlet lebih dari 100 negara serta dihadiri 205 NOC’s serta para petinggi organisasi olahraga. Di antaranya, Presiden IOC Thomas Bach,  Presiden ANOC Robin Mitchel, serta President WADA Witold Banka.

“Kami juga bisa banyak belajar karena Indonesia akan menjadi tuan rumah AWBG dan jumlah cabor yang dipertandingkan sama seperti ASEAN Para Games Solo, yakni 14 cabor. Artinya kami dapat belajar juga menyelenggarakan pertandingan dengan cost yang efisien dan waktu yang pendek,” terang Okto yang jmendapat penjelasan Gibran hanya memiliki waktu 2 minggu memaksimalkan persiapan. 

Sementara itu, Gibran menyambut hangat kedatangan Okto di Solo. Ia berharap penyelenggaraan ASEAN Para Games kedua di Solo kali ini dapat meninggalkan legacy.

“Harapannya dengan adanya penyelenggaraan ASEAN Para Games ini adalah semoga Solo bisa lebih ramah dengan teman-teman difabel kita dan warga Solo dapat lebih aware dengan atlet-atlet kita,” kata Gibran yang juga menjabat sebagai Wali Kota Solo

ASEAN Para Games ke-11 sejatinya diadakan di Vietnam, sebagaimana SEA Games. Namun, tuan rumah memutuskan tidak menyelenggarakannya, sehingga Indonesia menawarkan secara sukarela untuk menjadi tuan rumah demi kepentingan atlet difabel yang tidak sempat merasakan kompetisi sejak 2017.