PONTIANAK (20/12/23) - Tujuh bulan menuju Olimpiade 2024 Paris, Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) kian gencar mengkampanyekan persiapan Tim Indonesia menuju multievent empat tahunan paling prestisius edisi ke-33 tersebut. Organisasi non-pemerintah pimpinan Raja Sapta Oktohari ini menyampaikan kesiapan kontingen Merah Putih sekaligus mengenalkan nilai Olympism ke penjuru Tanah Air.
Hal itu diutarakan Okto, sapaan Raja Sapta, dalam sharing session bertema “Menumbuhkan Spirit Olympism Anak Muda Pontianak” yang berlangsung di Tumbuh.IDN, Pontianak, Rabu (20/12). Okto menjadi keynote speaker didampingi Komite Eksekutif NOC Indonesia Hengky Silatang dan Hifni Hasan. Acara ini turut dihadiri Puteri Indonesia Kalimatan Barat 2024 dan mahasiswa-mahasiswa di Pontianak.
“Untuk Olimpiade 2024 Paris, Tim Indonesia sudah meloloskan lima atlet dan Insya Allah bisa lebih banyak lagi karena kualifikasi masih akan berlangsung hingga pertengahan tahun 2024,” kata Okto.
Sebagai informasi, Tim Indonesia telah mengamankan lima tiket tampil di multi-event olahraga empat tahunan paling bergengsi di dunia. Mereka adalah pemanah Arif Dwi Pangestu dan Diananda Choirunisa, pesenam artistic Rifda Irfanalutfi, serta atlet sport climbing Desak Made Rita dan Rahmad Adi Mulyono. Dua cabang olahraga terakhir merupakan kali pertama Merah Putih memiliki perwakilan di Olimpiade.
Olimpiade Paris berlangsung pada 26 Juli hingga 11 Agustus 2024. Tercatat akan ada beberapa kualifikasi yang dilaksanakan di Indonesia, yaitu Asian Shooting Championships rifle & pistol pada 5-18 Januari dan Indonesia Masters (23-28 Januari) yang akan menjadi salah satu turnamen pengumpulan poin race to Paris untuk cabang olagraga bulu tangkis.
“Yang penting ini mental karena pressure tampil di Olimpiade Paris itu berbeda, sehingga kita semua juga harus mendukung perjuangan para atlet. Jangan bullying atlet! Sering saya baca komentar di media sosial, atlet mengomentari atlet dengan hal negatif. Banyan orang memang tahunya hasil, tapi di olahraga itu semua butuh proses,” ujar Okto.
Di sisi lain, Okto juga menyoroti pentingnya peran orang tua dalam pengembangan olahraga Indonesia ke depannya. Sebab, menciptakan atlet berprestasi dimulai dari keluarga.
“Usia emas anak-anak terjun ke olahraga itu 8-11 tahun. Bagaimana caranya kita bilang ke anaknya, tentu yang punya peran adalah orang tua, sehingga kampanye NOC Indonesia saat ini bagaimana caranya mengarahkan orang tua yang mau anaknya menjadi atlet yang kelak bisa mengumandangkan Indonesia Raya dan mengibarkan bendera Merah Putih di luar negeri. Itu yang kita butuhkan,” kata Okto.
Selain itu, Okto menyebut kecakapan komunikasi dan bahasa juga menjadi hal penting.
“Disiplin, latihan, dan kerja keras itu sudah pasti karena menciptakan mental juara tak bisa instans. Di samping itu kemampuan bahasa juga menjadi syarat penting bagi seorang atlet karena mereka akan ikut turnamen di luar negeri dan berkomunikasi dengan bahasa asing,” ujar Okto.
“Sebab merujuk pernyataan Bapak Olimpiade, Pierre de Coubertin: Success is not a goal but a means to aim higher. NOC Indonesia berkomitmen untuk mengejar prestasi yang lebih tinggi sebagai bagian dari proses mengangkat olahraga Indonesia di panggung dunia internasional. Kami bukan hanya sekedar peserta, melainkan pejuang yang berdedikasi untuk menjaga kehormatan bendera Merah Putih,” kata Okto.