Berita Komite Olimpiade Indonesia
Pentingnya Support System Dalam Perjalanan Rifda Irfanaluthfi dan Maryam March Maharani Menjadi Olympian
 28 Dec 2024
Penulis : Team NOC
The Role of Support Systems in the Olympic Journeys of Rifda Irfanaluthfi and Maryam March Maharani - Indonesia Olympic Commitee
Credit: NOC Indonesia, NOA Indonesia berkolaborasi dengan US Embassy dan Garudaku Academy menggelar The Olympic Journey

JAKARTA (28/11/2024) – Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) melalui National Olympic Academy (NOA Indonesia) berkolaborasi dengan US Embassy, dan Garudaku Academy menggelar diskusi inspiratif bertajuk “The Olympian Journey” di @America Pacific Place, Jakarta. Acara ini membahas perjalanan seorang atlet menuju panggung Olimpiade serta peran dari support system-nya.

Menjadi seorang Olympian adalah puncak tertinggi yang didambakan setiap atlet. Salah satu cerita sukses tersebut adalah perjalanan Rifda Irfanaluthfi, atlet senam pertama Indonesia yang mencatat sejarah tampil di Olimpiade Paris 2024.

“Ini adalah salah satu cara kami di NOC Indonesia bersama dengan NOA Indonesia untuk  menginspirasi masyarakat untuk memahami bahwa kesuksesan di Olimpiade tidak hanya tentang prestasi, tetapi juga tentang semangat dan nilai-nilai olympism yang membentuk karakter seorang atlet,” ujar Raja Sapta Oktohari, Ketua Umum NOC Indonesia.

“Kisah Rifda dan Rani adalah bukti nyata nilai-nilai Olimpiade, seperti dedikasi, pengorbanan, dan keberanian untuk terus maju. Ini menjadi bagian dari cara kami di NOC Indonesia menyebarkan nilai-nilai olympism, khususnya excellent, friendship dan respect,” lanjutnya.

Dalam diskusi ini, Rifda dan Rani berbagi pengalaman tentang pentingnya peran dari keluarga, pelatih, dan federasi sebagai support system dalam mencapai mimpinya tampil di Olimpiade. Rifda menampilkan performa penuh perjuangan di Bercy Arena, Paris, dalam nomor All Around, meski tengah menghadapi cedera di bagian meniskus dan ACL.

"Nilai-nilai Olimpiade seperti disiplin dan ketangguhan mental menjadi pedoman saya dalam menghadapi setiap tantangan. Jadi meski saya dalam kondisi cedera, saya punya tekad untuk tetap menyelesaikan apa yang sudah saya impikan, tampil di Olimpiade," kata Rifda.

Sementara Rani merupakan judoka putri Indonesia yang lolos ke Olimpiade dalam 32 tahun terakhir usai menempati peringkat keenam continental Asia. Bahkan, ia mampu melampaui capaian Olympian judo sebelumnya, Krisna Bayu dan I Putu Wiradamungga Adesta yang mampu bermain di dua babak sebelum akhirnya terhenti di babak 16 besar Olimpiade Paris 2024.

“Support System baik dari pengurus cabang olahraga, keluarga, maupun teman-teman menjadi salah satu motivasi terbesar saya dalam meraih mimpi tampil di Olimpiade. Terutama di saat sedang lelah kehadiran mereka bisa membuat saya tetap semangat untuk memberikan yang terbaik,” imbuh Rani.

Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Senam Indonesia (PB Persani) Ita Yuliati juga menyoroti pendekatan teknis dan mental yang diterapkan federasi untuk mempersiapkan atlet menuju debut senam Indonesia di Olimpiade Paris 2024. Ia juga menjelaskan rencana ke depan, termasuk persiapan menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia FIG Artistic 2025 di Jakarta.

“Kami di Persani dan Rifda berjuang bersama-sama untuk mewujudkan mimpi meloloskan atlet senam Indonesia untuk pertama kalinya ke Olimpiade. Butuh support system yang kuat untuk bisa membuat semua ini bisa terjadi. Kami berharap apa yang dialami Rfida dapat memotivasi generasi muda untuk menjadikan nilai-nilai Olimpiade sebagai inspirasi hidup. Terima kasih kepada US Embassy, NOC Indonesia dan Garudaku Akademi atas kolaborasi ini,” jelas Ita.