Meski Indonesia diperkirakan bisa mengirimkan tim terkuatnya di cabang bulutangkis Olimpiade Tokyo, Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) memilih bersikap waspada.
Kepala sub-bidang pembinaan prestasi PBSI, Riony Mainaky, mengatakan babak penyisihan grup sangat penting dan mereka harus sangat berhati-hati.
"Benar. Babak penyisihan grup sangat penting dan kami tidak ingin mengulangi kesalahan di Olimpiade Rio," katanya.
Lima tahun lalu, Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan sedang berada dalam kondisi puncak jelang Olimpiade Rio. Mereka lolos sebagai peringkat kedua dan masuk ke grup D bersama ganda China Chai Biao/Hong Wei, Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa dari Jepang, dan ganda India Manu Attri/B. Sumeeth Reddy.
Setelah mengalahkan ganda India di laga pertama, Hendra/Ahsan kalah dari duet Jepang, yang saat itu dilatih Riony, di pertandingan kedua, meski di atas kertas ganda Indonesia seharusnya bisa menang dengan relatif mudah. Kekalahan dari China mengakhiri langkah Hendra dan Ahsan di Rio.
"Ya, saya ingat itu. Saat itu, saya memberi pemain Jepang persiapan tambahan agar mereka bisa menang di penyisihan grup. Dan mereka bisa mengalahkan Hendra dan Ahsan. Sekarang, kami sudah mengantisipasinya. Jadi, kami membutuhkan persiapan semacam itu agar bisa melewati penyisihan grup," ujar Riony lagi.
Bulutangkis menjadi penyumbang medali tetap untuk Tim Indonesia di Olimpiade, dengan pengecualian Olimpiade London 2012. Riony mengatakan bahwa tim bulutangkis siap untuk kembali mengemban tugas tersebut tahun ini.
"Ganda putra kita berada di kondisi terbaik. Mereka ditargetkan untuk merebut medali emas. Siapa tahu bisa all-Indonesian final. Kami juga berharap pada tunggal putra Jonathan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting. Mereka mesti menjaga kondisi mereka," kata Riony.